Jambi- Calon Gubernur Jambi nomor urut 01, Romi Hariyanto kerap kali melontarkan isu soal dirinya yang kini melawan penguasa. Isu itu kerap disampaikan Romi setiap kali agenda-agenda kampanye politiknya dengan masyarakat.
Pengamat Politik Jambi, Wawan Novianto menilai pernyataan yang kerap dilontarkan oleh Cagub 01 itu suatu bentuk memainkan isu class action yang mana diksi rakyat melawan penguasa terus di kumandangkan.
“Saya agak bingung juga pernyataan Cagub 01 ini ya, soal bahasa lawan penguasa, kalau dalam pandangan saya, saat ini bukannya dua kandidat ini punya posisi yang sama. Jadi dalam penilaian saya isu soal penguasa itu sangat tidak tepat di mainkan di Pilgub Jambi ini,” kata Wawan dalam keterangannya, Sabtu (26/10/2024).
Akademisi IAIN Kerinci Jambi itu juga mengatakan bahwa harusnya dalam Pilgub Jambi 2024 ini kandidat lebih menonjolkan soal ide dan gagasan membangun Jambi. Di Pilgub Jambi ini pastinya masyarakat mencari bukti bukan sekedar janji-janji.
Menurut Wawan, kandidat yang sudah dipastikan maju di Pilgub Jambi mestinya memberikan keyakinan penuh bagi masyarakat agar dapat dipilih. Bentuk keyakinan itu bisa berupa bukti yang sudah dikerjakan selama mereka menjabat, atau ada gagasan lebih bagus yang sudah terlaksana untuk nantinya bisa dicontohkan buat kemajuan Jambi kedepan.
“Jadi jangan soal gagasan-gagasan tetapi belum ada bukti, seperti hanya baru angan-angan ya. Saya rasa masyarakat tidak akan berpengaruh pastinya, karena masyarakat Jambi ini sudah cerdas ya, tidak butuh sekedar janji-janji atau kalau kerap disebut itu Omon-omon, jangan,” ucap Wawan.
“Mestinya kedua yang maju di Pilgub Jambi ini kan sama-sama pemimpin daerah ya di Jambi, jadi alangkah baiknya mereka menyampaikan apa yang sudah mereka perbuat di wilayah mereka pimpin. Contoh, misalnya seperti Cagub 01, Romi ya yang sudah buat kemajuan di Tanjabtim, lalu nanti hal itu akan di canangkan jika terpilih di Pilgub Jambi dengan kondisi lebih baik, itu masuk akal. Kalau untuk Cagub 02, saya lihat dia selalu menyampaikan soal program-program keberlanjutan ya, itu bagus, jadi masyarakat tahu,” lanjut dia.
Kembali membahas soal isu lawan penguasa yang kerap dilontarkan Romi dalam setiap kampanye politiknya, menurut Wawan isu tersebut sangatlah tidak tepat dan dapat merugikan banyak pihak.
“Pemilu ini bukan agenda untuk melawan penguasa, tapi bagaimana masyarakat bisa memilih calon pemimpin,” ungkapnya.
Diksi melawan penguasa itu kata Pengamat Politik Jambi, bisa dilakukan jika ada bentuk-bentuk penindasan bagi masyarakat Jambi oleh orang yang sedang berkuasa, sementara saat ini penindasan itu tidak ada yang terjadi.
“Seharusnya demokrasi adalah pertentangan ide, bukan membenturkan satu kelompok masyarakat dengan kelompok lainnya, bahaya jika terjadi perpecahan dan pembelahan ini,”ujarnya.
Romi, lanjut Wawan, sebaiknya memberikan anti tesis program yang dikampanyekan Al Haris. Jika Al Haris mengacu pada keberlanjutan, bisa saja Romi mengacu pada perubahan.
“Tapi bukan melawan penguasa. Dalam tata kelola pemerintahan di Indonesia, Gubernur itu perpanjangan tangan Presiden, jika diksi melawan penguasa di kumandangkan, artinya juga melawan Presiden, dan itu tidak strategis untuk pembangunan Jambi,” tegas Wawan.
Discussion about this post